Kerikil Ajaib Kiai Munawir Singojuruh-UPZIS LAZISNU MWC BANYUWANGI

Kerikil Ajaib Kiai Munawir Singojuruh

by Admin - 2020-10-17 08:59:17 1776 Views
Kerikil Ajaib Kiai Munawir Singojuruh

Kiai adalah otoritas penting bagi masyarakat Indonesia. Ia tak hanya sebagai ahli ilmu agama, namun menjadi tumpuan utama bagi setiap persoalan yang menimpa masyarakat. Dalam banyak hal, mulai dari persoalan ibadah, sosial, pengobatan hingga politik, kiai senantiasa menjadi rujukan. Hal inilah yang menjadikan Kiai berbeda dengan institusi keulamaan yang lain. Menjadi kiai senantiasa manunggaling dengan masyarakat itu sendiri.

Kiai adalah - meminjam istilah Jawa - ngayahi kengen kiwone. Artinya, menjadi kiai harus memberikan kemanfaatan, kemaslahatan, perlindungan dan bimbingan bagi lingkungan sekitarnya. Tak hanya keluarga, namun juga umat secara keseluruhan.

Dari praktik yang demikian, lahirlah para kiai-kiai yang legendaris dalam tlatah Nusantara. Kiai yang tak hanya pandai ilmu agama, namun juga memiliki kemampuan dalam bidang lainnya. Salah satu nama yang akan menjadi fokus tulisan ini adalah KH. Munawir bin H. Maksum dari Desa Kemiri, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi.

Hampir setiap hari, ada saja masyarakat yang datang kepada kiai kelahiran 1924 itu. Mereka mengadukan aneka persoalan kehidupan. Seperti halnya seorang petani yang mengeluh karena sawahnya diserang wereng.

"Kiai, saya minta doa, sawah saya diserang wereng," pintanya.

Biasanya, setelah itu, Kiai Munawir akan masuk ke kamarnya. Tak berapa lama, pengasuh kedua PP. Mambaul Falah sepeninggal kakaknya, KH. Rofi'i Maksum, itu keluar sembari membawa beberapa biji kerikil.

Kerikil tersebut lantas diberikan kepada si peminta doa seraya diberikan tips-tips tertentu. Mulai dari bacaan apa hingga bagaimana kerikil tersebut harus diperbuat. Beda persoalan, beda juga tata caranya. Namun, medianya tetap sama: kerikil.

Biidznillah, dengan lantaran kerikil tersebut, banyak orang yang merasakan khasiatnya. Hampir semuanya mendapatkan kemudahan maupun jalan keluar dalam menghadapi kesulitan yang menimpanya.

Ada satu cerita tentang keampuhan kerikil tersebut. Suatu hari sepasang suami istri telah lama mengidamkan seorang anak. Namun, tak kunjung dikarunia oleh Allah SWT. Menghadapi persoalan demikian pasangan tersebut mengadu ke Kiai Munawir.

"Coba lihat ada apa di bawah kasur kalian," ungkap Kiai Munawir pada pasangan itu setelah mendapat aduan.

Suami istri itu pun pulang dan memeriksa tempat tidurnya. Ternyata, setelah dilihat cukup seksama terdapat batu kerikil yang teronggok di dipannya. Seketika mereka teringat dengan kejadian beberapa tahun silam.

Keduanya pernah datang ke Kiai Munawir. Saat itu, mereka memohon doa agar tak hamil duluan. Dengan alasan beberapa kendala yang akan menyulitkan jika harus buru-buru diberi momongan. Akhirnya, oleh Kiai Munawir, mereka diberi beberapa batu kerikil. Batu itu disuruh diletakkan di bawah kasur mereka. Akhirnya, mereka pun tak kunjung hamil.

Setelah kerikil tersebut dibuang, kebesaran Allah SWT segera ditampakkan. Tak selang begitu lama, pasangan tersebut pun dikaruniai putra.

Kehebatan kerikil ajaib Kiai Munawir tentu saja tidak terlepas dari kedekatannya pada Yang Maha Kuasa. Ia merupakan sosok ahli ilmu sekaligus ahli ibadah. Sejak belia ia telah melanglang pesantren untuk menuntut ilmu.

Kiai Munawir kecil belajar kepada Kiai Sanusi di Pesantren Panggangrejo, Desa Kendal, Singojuruh. Lalu, melanjutkan ke Pesantren Jenisari, Genteng. Tak puas belajar di daerahnya sendiri, Munawir muda merantau ke luar Banyuwangi. Ia nyantri kepada Kiai Asnawi, Kudus. Lalu, ke Pesantren Krapyak di Yogyakarta. Lantas, dilanjutkan ke Pesantren Bendo, Kediri.

Terakhir, Kiai Munawir belajar kepada Kiai Zamroji Syaerozi di Pesantren Raudlatul Ulum, Kencong, Jember. Di pesantren ini, ia mulai menekuni dunia thariqah. Ia berbaiat kepada Thariqah Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Konon, pada thariqah ini, ia terpilih sebagai seorang mursyid untuk daerah Banyuwangi.

Kiai Munawir juga tercatat sebagai seorang pejuang nahdliyin yang militan. Selain pernah menduduki jajaran syuriyah PCNU Banyuwangi, ia juga termasuk pengurus Idarah Wustho Jam'iyah Ahli Thariqah Mu'tabarah an-Nahdliyah (Jatman) Jawa Timur. Sebuah organisasi badan otonom NU yang mengurusi hal ihwal thariqah. Ia aktif hingga dipanggil keharibaan Allah SWT pada 2006. (*)


Share: